Pesona Sastra Kisah-Kisah Al-Quran (1)

Sejarah susastra bangsa-bangsa di dunia menunjukkan bahwa seni bercerita memiliki jejak yang sangat panjang setua kehidupan manusia. Seni bercerita itu muncul bersama lahirnya kebudayaan dan setapak demi setapak terus mengiringi perjalanan sejarah. Cerita memiliki kaitan erat dengan dunia batin manusia dan senantiasa menyimpan daya tarik khusus. Mulai dari anak-anak sampai orang dewasa, mereka semua bisa terbujuk untuk mendengar suatu cerita. Adanya hasrat semacam itulah yang para penulis dan pembuat cerita berupaya sebisa mungkin menyuguhkan gagasan dan buah pikirannya lewat cerita.

Banyak kalangan yang percaya, pesan-pesan moral akan lebih mudah jika disampaikan secara tak langsung ke dalam bentuk cerita. Karena itu, para orator ulung sering memanfaatkan cerita sebagai media untuk mempengaruhi massa. Semakin mereka pandai dalam merangkai kata, maka daya tarik cerita yang mereka lontarkan pun juga kian menarik. Selain itu, ketertarikan manusia terhadap kisah para pahlawan, tokoh agama ataupun pemimpin suatu bangsa bisa dijadikan sebagai perantara untuk mentransfer nilai-nilai moral secara lebih efektif.

Cerita merupakan salah satu cabang penting seni berbahasa yang telah lama berkembang sejak dulu. Pada dasarnya, jiwa manusia selalu tertarik untuk mendengar ataupun menyampaikan cerita. Karena itu, wajar jika di lingkungan budaya keagamaan pun, tradisi bercerita berkembang sangat pesat. Cerita dalam teks-teks religi memiliki jejak yang sangat tua. Cerita juga senantiasa dimanfaatkan sebagai media efektif untuk menyampaikan ajaran agama dan membimbing manusia. Kendati sebagian kitab-kitab suci samawi telah diubah, namun teks-teks suci itu tak pernah lepas dari sentuhan cerita.

Sebagian kandungan kitab suci Al-Quran juga diperuntukkan secara khusus untuk menjelaskan cerita-cerita bijak dan mendidik. Dalam cerita itu, konsep-konsep rasional dan teologis seperti pembuktian adanya Tuhan, risalah kenabian, dan hari kiamat disampaikan ke dalam bentuk cerita, dengan gaya bahasa yang manis dan sederhana. Kisah-kisah Al-Quran memiliki karakteristik seni yang begitu tinggi. Selain memiliki tampilan bahasa yang sangat indah, kisah-kisah Al-Quran juga memiliki kandungan makna yang sangat dalam. Selan itu, kisah-kisah Al-Quran tidak hanya menyuguhkan cerita yang menarik tapi juga menjelaskan pelbagai hakekat. Kisah-kisah Al-Quran memaparkan suatu hakekat lewat bahasa seni dan pribahasa indah yang mempesona setiap pembacanya. Tidak hanya itu saja, kisah-kisah Al-Quran juga bukan cerita fiksi. Seluruh kisah-kisahnya berkaitan erat dengan kenyataan yang terjadi di sepanjang sejarah manusia. Selain menampilkan tokoh-tokoh agung yang layak dijadikan teladan, kisah-kisah Al-Quran juga menunjukkan jalan yang benar.

Al-Quran merupakan himpunan kalimat-kalimat ilahi. Karena itu, kisah-kisah yang terkandung di dalamnya sebangun dengan esensi yang menjiwai seluruh Al-Quran. Jika kisah-kisah itu kita perhatikan lebih teliti, ruang yang mengitarinya sangat jauh dari pengaruh mitologi dan legenda Arab yang merupakan hasil dari imajinasi kalangan awam. Al-Quran hanya menceritakan teladan dan mentransfer pemikiran dan budaya yang benar-benar nyata serta bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran.

Al-Quran bertutur dengan gaya bahasa yang sangat menakjubkan. Sampai-sampai para tokoh Arab Jahiliyah mengakui bahwa Al-Quran bukan berasal dari kata-kata ciptaan manusia. Karena itu, mereka yang mendengar dan membaca Al-Quran akan bisa merasakan keajaiban bahasa Al-Quran. Sayangnya, tidak semua orang memiliki kemampuan untuk menganalisa keteraturan dan keindahan Al-Quran yang sangat menakjubkan itu.

Seluruh ayat dan kisah-kisah yang dituturkan Al-Quran ditujukan untuk memberikan hidayah bagi umat manusia. Efektifitas pengaruh cerita dalam proses pendidikan dan pengajaran, merupakan salah satu alasan mengapa Al-Quran menggunakan format tersebut dalam menyampaikan ajarannya. Imam Ali as berkata, "Ambillah hikmah dari apa yang memberikan pelajaran dan jadikan perputaran zaman sebagai pelajaran". Al-Quran membeberkan kisah umat-umat di masa lalu agar bisa dijadikan sebagai bahan pelajaran. Sebab sunnatullah senantiasa berlaku di sepanjang sejarah.

Kandungan utama Al-Quran bisa dibagi ke dalam empat pokok: prinsip akidah, hukum fiqh, hikmah dan nasehat moral, serta kisah-kisah anbiya dan umat-umat terdahulu. Al-Quran banyak menceritakan kisah para nabi dan menyebutkan 25 nama nabi dalam kisah-kisahnya, seperti Adam, Nuh, Idris, Hud, Shaleh, Ibrahim, Ismail, Yusuf, Sulaiman, Musa, Isa, dan Muhammad. Mengenai jumlah kisah-kisah yang terdapat dalam Al-Quran, para ulama mempunyai pendapat yang beragam. Sebagian ulama seperti Abu Ishaq Nisyaburi menyebut Al-Quran memiliki 116 kisah. Perbedaan pendapat itu muncul, karena setiap pakar ilmu Al-Quran menerapkan metode penelitian yang beragam. Sebagian dari mereka mengutip kisah-kisah Al-Quran sesuai dengan urutan zaman para nabi. Rangkaian kisah itu dimulai sejak masa awal penciptaan nabi Adam as hingga pelbagai peristiwa yang terjadi di masa Rasulullah saw. Metode lainnya dengan cara menempatkan kisah-kisah itu sesuai dengan urutan posisinya dalam surat-surat Al-Quran. Dalam metode ini, kisah-kisah itu dijelaskan sesuai dengan asbabun-nuzul suatu ayat ataupun surat.

Secara umum, kisah-kisah Al-Quran dapat kita bagi dalam tiga ragam. Ragam pertama merupakan kisah-kisah panjang, seperti cerita nabi Yusuf as dan nabi Musa as. Cerita jenis ini mempunyai setting dan banyak fragmen yang saling bertautan dan terurut. Sebagai misal, cerita Nabi Yusuf di dalam Al-Quran dikisahkan secara berkesinambungan. Demikian juga dengan bagian penting cerita Nabi Musa di surat Al-Qashash.

Ragam yang kedua adalah cerita semi panjang. Seperti cerita Nabi Adam as, Nabi Nuh as, dan Nabi Daud yang tidak begitu banyak mengandung fragmen. Cerita-cerita itu dimulai dari masa awal kenabian mereka dan terus berlanjut dan berakhir dengan dakwah tauhid yang mereka lakukan. Kisah-kisah itu sama sekali tidak menceritakan masa-masa anak dan bagaimana mereka tumbuh dewasa hingga diangkat sebagai nabi.
Sementara ragam yang terakhir adalah cerita-cerita pendek Al-Quran. Biasanya cerita jenis ini hanya mengisahkan suatu penggalan peristiwa seperti dalam kisah Nabi Shaleh as atau hanya menyinggung secara sekilas sebagaimana yang diceritakan dalam kisah Nabi Zakaria.

Bahasan kita kali ini akan kami lanjutkan dalam pertemuan berikutnya. Namun sebelum itu, mari kita simak bersama penggalan dari terjemahan surat Yusuf yang dijuga sebut sebagai Surat Kisah Terindah."Alif, laam, raa. ini adalah ayat-ayat kitab (Al Quran) yang nyata (dari Allah). Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Quran dengan berbahasa Arab, agar kamu memahaminya. Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan Sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan) nya adalah Termasuk orang-orang yang belum mengetahui"(QS. Yusuf:1-3).

Setelah menyebutkan tiga ayat pertama itu, Al-Quran lantas mengawali ceritanya tentang kisah Nabi Yusuf sepanjang sekitar 100 ayat. Di akhir surat Yusuf itu dinyatakan, "Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al Quran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman" (QS. Yusuf:111).

Comments

Popular posts from this blog

MUNGKIN INI YANG SELAMA INI ANDA CARI

Kalkulator Menghitung Masa Subur Dengan Siklus Menstruasi

ISTILAH KOMPUTER DALAM BAHASA INDONESIA