KUNINGAN

Sejarah Singkat Kabupaten Kuningan
Sekilas Kuningan
Diperkirakan ± 3.500 tahun sebelum masehi sudah terdapat kehidupan manusia, hal ini didasarkan kepada peninggalan yang ditemukan di Wilayah Kuningan, salah satu bukti peninggalan tersebut terdapat di Kampung Cipari Kelurahan Cigugur yaitu pada tahun 1972 ditemukan peninggalan dengan identifikasi sebuah peti kubur batu, pekakas dari batu dan keramik dan diperkirakan pada masa itu terdapat pemukiman manusia yang telah memiliki kebudayaan tinggi.
Suatu pemukiman masyarakat manusia tersebut baru terwujud dalam bentuk suatu kekuatan politik seperti halnya negara, sebagaimana dituturkan dalam cerita parahyangan dengan nama KUNINGAN.
Negara / Kerajaan Kuningan tersebut berdiri setelah dinobatkan SEUWEUKARMA sebagai Raja/Kepala pemerintahan yang kemudian bergelar RAHIYANG TANGKUKU atau SANG KUKU yang bersemayam di Arile atau Saunggalah.
SEUWEUKARMA menganut ajaran “DANGIANG KUNING’ dan berpegang kepada “SANGHIYANG DHARMA” (Ajaran Kitab Suci). Serta “SANGHIYANG RIKSA” (sepuluh pedoman hidup). Ekspansi kekuasaan kuningan pada jaman kekuasaan seuweukarma menyeberang sampai negeri melayu. Pada saat itu masyarakat kuningan merasa hidup aman dan tentram di bawah pi
mpinan Seuweukarma yang bertahta sampai berusia lama.
Perkembangan kerajaan kuningan selanjutnya seakan akan terputus, dan baru pada 1175 masehi muncul lagi. Kuningan pada waktu itu menganut agama Hindu di bawah pimpinan RAKEAN DARMARIKSA dan merupakan Daerah otonom yang masuk wilayah kerajaan Sunda yang terkenal dengan nama Pajajaran , dan termasuk cirebon pada tahun 1389 masehi masuk kekuasaan kerajaan pajajaran, namun pada abad ke-15 cirebon sebagai kerajaan islam menyatakan kemerdekaannya dari pakuan pajajaran.
Pada tahun 1470 masehi datang ke Cirebon seorang ulama besar agama Islam yaitu SYEH SYARIF HIDAYATULLAH putra SYARIF ABDULAH dan ibunya RARA SANTANG atau SYARIFAH MO’DAIM putra Prabu SYARIF HIDAYATULLAH adalah murid SAYID RAHMAT yang lebih dikenal dengan nama SUNAN NGAMPEL yang memimpin daerah ampeldenta.
Kemudian SYEH SYARIF HIDAYATULLAH ditugaskan oleh sunan ngampel untuk menyebarkan agama islam di daerah Jawa Barat, dan mula-mula tiba di Cirebon yang pada waktu Kepala Pemerintahan Cirebon dipegang oleh Haji DOEL IMAN.
Pada waktu 1479 masehi Haji Doel Iman berkenan menyerahkan kepada syarif hidayatullah setelah menikah dengan putrinya. Karena terdorong oleh hasrat ingin menyebarkan agama Islam, pada tahun 1481 Masehi Syeh Syarif Hidayatullah berangkat ke daerah Lurangung yang masuk wilayah Cirebon Selatan yang pada waktu itu dipimpin oleh KI GEDENG LURAGUNG yang bersaudara dengan KI GEDENG KASMAYA dari Cirebon, selanjutnya Ki Gedeng Luragung memeluk agama Islam.
Pada waktu Syeh Syarif Hidayatullah di Luragung, datanglah Ratu Ontin Nio istrinya dalam keadaan hamil dari negeri Cina (bergelar: Ratu Rara Sumanding) ke Luragung, dari Ratu Ontin Nio alias Ratu Lara Sumanding lahir seorang putra yang tampan dan gagah yang diberi nama Pangeran Kuningan. setelah dari Luragung, Syeh Syarif Hidayatullah dengan rombongan menuju tempat tinggal Ki Gendeng Kuningan di Windu Herang, dan menitipkan Pangeran Kuningan yang masih kecil kepada Ki Gendeng Kuningan agar disusui oleh istri Ki Gendeng Kuningan, karena waktu itu Ki Gendeng Kuningan mempunyai putera yang sebaya dengan Pangeran Kuningan nemanya Amung Gegetuning Ati yang oleh Syeh Syarif Hidayatullah diganti namanya menjadi Pangeran Arya Kamuning serta beliau memberikan amanat bahwa kelak dimana Pangeran Kuningan sudah dewasa akan dinobatkan menjadi Adipati Kuningan.
Setelah Pangeran Kuningan dan Pangeran Arya Kamuning tumbuh dewasa, diperkirakan tepatnya pada bulan Muharam tanggal 1 September 1498 Masehi, Pangeran Kuningan dilantik menjadi kepala pemerintahan dengan gelar Pangeran Arya Adipati Kuningan dan dibantu oleh Arya Kamuning. Maka sejak itulah dinyatakan sebagai titik tolak terbentuknya pemerintahan Kuningan yang selanjutnya ditetapkan menjadi tanggal hari jadi Kuningan.



Wisata Kuningan, Jawa Barat

CIREBON dan Indramayu telah mengalami masalah serius. Kota di pesisir utara Pulau Jawa ini kerap kekurangan air. Padahal air merupakan sumber kehidupan yang sangat penting. Perannya dibutuhkan dalam berbagai hal. Mulai dari kebutuhan manusia, bercocok tanam, hingga proses produksi pabrik. Selama ini kebutuhan air Cirebon dan Indramayu sebagian besar dipasok oleh Kuningan. Tentunya kerjasama antar daerah di Ciayumajakuning harus terus ditingkatkan. Sehingga roda ekonomi di semua daerah dapat berjalan. Tentunya bermuara pada peningkatan kesejahteraan warganya.
Kelangsungan sumber air di Kuningan harus dijaga. Jangan sampai, air yang merupakan aset penting Kuningan hilang. Menjaganya sumber air tersebut dapat dilakukan dengan menjaga keseimbangan alam. Gunung tetap hijau dan pembangunan disesuaikan kondisi alam. Selanjutnya Kuningan jangan sampai menjadi daerah industri yang menggusur sumber daya alam. Jangan sampai ada pabrik besar yang menggusur sawah. Dan jangan sampai ada pusat perbelajaan yang menggusur hutan.
Untuk mengisi kas keuangan daerah Kuningan perlu memposisikan diri sebagai daerah wisata. Tentunya wisata yang ramah lingkungan. Sehingga mampu menjaga ketersediaan air, sebagai aset utamanya. Kuningan yang berada di lereng Gunung Ciremai ini memiliki banyak objek wisata memikat. Karakternya juga sangat beragam.Wisatawan dapat menikmati museum bersejarah, desa adat, taman purbakala, dan wisata air.
Jarak antar objek wisata juga sangat dekat. Sehingga dalam waktu beberapa hari wisatawan dapat menikmati semuanya. Sehingga sangat memudahkan bagi wisatawan yang mempunyai waktu terbatas. Untuk wisata sejarah, Kuningan punya Linggarjati. Gedung Perundingan Linggarjati yang merupakan saksi perjuangan bangsa Indonesia. Lokasinya berada di Desa Linggarjati Kecamatan Cilimus. Jarak dari pusat Kota Kuningan sekitar 14 km, dan 26 km dari kota Cirebon. Untuk wisata air, selain taman rekreasi Linggarjati Indah yang tak jauh dari Gedung Linggrajati, Kuningan juga memiliki Cibulan, Waduk Darma, Balong Darmaloka, Cigugur, Goa Maria, dan Telaga Remis, serta objek wisata Taman Purbakala.
Penasaran….??? Mari kita tengok satu-satu….

Linggarjati
Desa Linggarjati merupakan sebuah Desa kecil yang berada di salah satu wilayah Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Praktis desa kecil ini dikenal oleh hampir seluruh masyarakat Indonesia dan dunia, pada saat dilaksanakannya Perjanjian Linggarjati, pada tanggal 10-13 November 1946. Perjanjian ini dianggap sebagai perjanjian yang sangat penting, karena berhubungan erat dengan eksistensi Pemerintah Indonesia dimata dunia pada waktu itu, baik secara De Facto dan De Jure dipertaruhkan.
Pada tanggal 24 Maret 1946 pecahlah peristiwa nasional yang menggetarkan dunia akibat terjadinya pembumihangusan kota yang kemudian dikenal sebagai “Bandung Lautan Api (BLA)”. Peristiwa ini selanjutnya mendorong terjadinya perang gerilya kota yang sangat menjengkelkan Sekutu (Inggris) karena para gerilyawan tidak dapat membedakan mana bule Inggris dan mana bule Belanda. Akhirnya, Sekutu yang dipercaya untuk membebaskan para tawanan perang dan pengembalian pasukan Jepang, memercayakan kepada Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dan mempersenjatainya dengan 3.000 pucuk senjata ringan. Peristiwa ini membuat NICA-Belanda amat berang kepada Sekutu dan selanjutnya menyarankan agar Belanda berbicara satu meja dengan pemerintah RI. Belanda yang akan ditinggalkan Sekutu di Indonesia akhirnya terpaksa menerima saran Sekutu dan selanjutnya terjadilah perundingan di Linggajati di Kuningan. Peristiwa ini menunjukkan bahwa NICA-Belanda harus mengakui de facto RI yang juga dikehendaki dunia internasional.
BLA yang menghasilkan pengakuan de facto RI ini sebenarnya merupakan perjuangan nasional sebab di samping sasarannya kemerdekaan nasional, para pejuangnya pun terdiri dari berbagai unsur bangsa Indonesia. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika semua peristiwa di atas dipelajari lagi secara oral history karena berbagai data dan informasi sejarah perjuangan masih banyak tersebar namun hanya terekam dalam ingatan. Demikian pula dengan kelima bangunan tempo doeloe yang memiliki rekaman sejarah lahirnya NKRI perlu pula direstorasi untuk kepentingan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan sekaligus mencerdaskan kehidupannya dan dapat dibina untuk sarana pendidikan, penelitian, serta kepariwisataan menyambut HUT ke-50 Konferensi AA.
Cibulan
Kolam ikan yang penuh dengan legenda adalah pemandaian air tawar Cibulan. Konon kabarnya kalau kita bisa menyentuh ikan-ikan yang terletak di dalam kolam, keberkahan akan selalu menyertai kita. Boleh percaya boleh tidak. Di sini, selain bisa berenang bersama ikan dewa kita juga dapat melihat tujuh sumur petilasan Prabu Siliwangi.

Waduk Darma
Kalau cuaca cerah, Waduk Darma view nya sangat indah…penasaran..lihat aja sendiri…..Waduk Darma terletak di pinggir jalan lintas Cirebon - Kuningan – Ciamis. Di sini juga wisatawan dapat menikmati keindahan panorama Gunung Ceremai. Berperahu dan merasakan hembusan angin gunung merupakan sensasi yang dapat dinikmati di Waduk Darma. Taman rekreasi yang dilengkapi panggung hiburan juga sangat cocok bagi wisata keluarga.

Balong Darmaloka
Sedangkan Balong Darmaloka merupakan wisata ziarah. Ia terkait penyebaran Islam sejak zaman Wali Songo.

Cigugur
Adapun Cigugur merupakan kawasan yang memegang teguh adat budaya leluhur. Salah satu kegiatan adatnya yang terkenal adalah seren taun. Itu merupakan upacara sebagai wujud syukur kepada Tuhan. Di Cigugur juga terdapat kolam renang yang unik. Kita dapat renang bersama ikan kancra yang dianggap keramat. Ikan berjuluk ikan dewa ini terdapat pula di Balong Darmaloka dan pemandian Cibulan. Naik sedikit dari kolam renang, kita akan menjumpai sebuah tempat yang dijuluki Gunung Batu, yaa.. karena emang batu semua, tapi asyik lho…
Disini juga dulu aku menimba ilmu selama tiga tahun, yakni di MAN Cigugur, yang letaknya tidak jauh dari wisata kolam renang Cigugur.

Goa Maria
Dari cerita yang berkembang, di sekitar tempat ini pernah terlihat sosok Bunda Maria, makanya di sebutlah tempat ini dengan Gua Maria. Sebuah tempat teduh yang terletak dilereng Gunung Ciremai.

Talaga Reumis
Sedangkan Talaga Reumis menawarkan suasana khas alam pegunungan yang sejuk dan tenang. Nama telaga alami yang berada di lereng Gunung Ciremai itu berasal dari sejenis kerang yang hidup di sekitar telaga.

Taman Purbakala
Selain wisata sejarah, air dan alam, Kuningan juga memiliki objek wisata purbakala di Cipari Kec. Cigugur. Kawasan situs Cipari meninggalkan warisan manusia purba yang telah mengenal peradaban. Benda-benda prasejarah yang berusia ribuan tahun dapat kita temukan di sana. Di antaranya perkakas batu, gerabah, perunggu, menhir, undakan batu besar, fondasi bangunan, tempat penjualan, serta batu kubur.

Itulah sekilas info wisata Kuningan, semoga bermanfaat untuk semuanya…..

Comments

Popular posts from this blog

MUNGKIN INI YANG SELAMA INI ANDA CARI

Kalkulator Menghitung Masa Subur Dengan Siklus Menstruasi

ISTILAH KOMPUTER DALAM BAHASA INDONESIA